Gerak News, Jakarta-Salah satu remaja yang ikut dalam pertemuan dengan Kepala Gereja Katolik seluruh dunia Paus Fransiskus curhat soal berbagai tindakan intoleransi, seperti perundungan hingga pembakaran tempat ibadah.
Remaja bernama Kristin menyampaikan curahan hatinya saat Paus hadir di Grha Pemuda, Jakarta, untuk menyapa siswa-siswi Indonesia, Rabu (4/9).
“Saya merasa dipojokkan, dijauhi tanpa alasan, tanpa sebab,” kata Kristin dengan suara yang bergetar.
Di saat kondisi seperti itu, Kristin mengaku terpuruk dan berada di titik terendah. Seiring berjalannya waktu, pandangan dia mulai berubah.
Namun, saat Kristin ingin membawa api semangat persatuan, konflik justru muncul.
“Justru kita malah melihat pertikaian agama muncul dan terutama adanya pembakaran tempat ibadah,” ujar dia.
Dari serangkaian permasalahan yang disebutkan, Kristin lantas mengajukan pertanyaan bagaimana menyebar perdamaian di tengah konflik yang berkecamuk.
Paus lantas menjawab jika ada konflik atau permusuhan sebaiknya lakukan dialog untuk mencari solusi bersama.
“Berperang, atau berselisih, saling bertengkar, itu sesuatu yang buruk. Yang tidak buruk adalah saling bertukar pikiran, saling berbagi untuk memecahkan masalah,” kata Paus.
Paus mengunjungi Grha Pemuda untuk bertemu kelompok muda sekaligus perwakilan siswa-siswi dari sejumlah sekolah di Jakarta dan wilayah lain.
Kunjungan itu berlangsung setelah Paus menghadiri misa di Gereja Katedral, Jakarta.
Sebelum itu, Paus sempat bertemu dengan Presiden Indonesia Joko Widodo dan pejabat lain di Istana Merdeka.
Paus berada di Indonesia dari 3-6 September. Setelah itu, dia akan terbang ke Papua Nugini, Timor Leste, hingga Singapura.
Redaksi Gerak News