Gerak News- Roma, 2068 tahun dari sekarang. Julius Caesar memasuki Ruang Senat pada 15 Meret 44 SM. Caesar adalah politisi kawakan yang berhasil menaklukan semua musuh-musuh politiknya, baik dengan kedermawanan atau ancaman politik sandera.
Pada Februari 44 SM, Caesar dikukuhkan sebagai Diktator seumur hidup. Semua berkoalisi kepada dia. Tak mau koalisi, ada ancaman di depan mata. Mau koalisi, tentu ada hadiah-hadiah yang segera di dapat.
Namun hal ini membuat politikus dan senator yang tersisa merasa ketakutan bahwa Caesar akan menjadi monster dan tiran yang tiada batas. Mereka membuat grup sendiri sebagai para pembebas. Mereka berencana membunuh Caesar untuk menghentikan diktator yang dilahirkan melalui mekanisme demokratis itu.
Dan dalam rencana membubarkan koalisi Caesar serta menghentikan kekuasaan yang tiada batas itu, para pembebas membutuhkan orang dalam: Brutus.
Brutus merupakan anak dari gundik Caesar sendiri, Servilia. Bahkan ada yang percaya, Brutus adalah anak Caesar sendiri hasil jalinan asmara dengan Servilia sebelum resmi menjadi gudiknya. Tak heran, Brutus direncanakan Caesar sebagai penggantinya kelak.
Pada 15 Maret itu, saat memasuki ruang senat, Caesar ditikam sebanyak 23 kali. Di antara penikam adalah politikus Longinus, Trebonius dan Albinus. Tikaman pertama dilakukan oleh Gaius Servilius Casca. Hal yang paling menyakitkan Caesar, di antara penikam itu adalah Brutus. Menjelang ajal, Caesar mengeluarkan kata-kata: Oh, kamu juga Brutus.
Sejak saat itu, hingga kini di era modern, pengkhianat disebut sebagai Brutus. Brutus sendiri merasa tak melakukan kudeta. Ia berpikir, itulah cara menyelamatkan republik Roma dari kekuasaan sang tiran.
(YSA)