Judul Buku : Perang Asimetris dan Skema Penjajahan Gaya Baru
Penulis : M Arief Pranoto dan Hendrajit
Penerbit : Global Future Institute Publisher
Tahun Terbit : 2019
Cetakan : Ketiga
Jumlah Halaman : 238 halaman
Indonesia Terjebak Skema Geopolitik Asing. Penjajahan sering kali digambarkan dengan penguasaan secara total terhadap suatu wilayah tertentu dengan kekuatan militer.
Padahal, penjajahan yang terjadi hari ini juga bisa dilihat dari hegemoni geopolitik dan ekonomi seperti yang dilakukan oleh negara-negara maju terhadap negara berkembang seperti Indonesia.
Siapa yang tak kenal dengan perang asimetris dan penjajahan melalui ekonomi dan geopolitik? Secara umum, topik ini masih sangat tabu bagi khalayak. Skema penjajahan baru ini, awalnya dipelopori oleh China sebagai bentuk perlawanan hegemoni Amerika Serikat yang sangat tangguh di bagian militer.
Dangkalnya kesadaran geopolitik di Indonesia menjadi sebab sekaligus perangkap terjebaknya Indonesia dalam skema kepentingan asing. Sejarah sudah membuktikan sejak era kerajaan, bahwa raja Nusantara tidak sadar perihal pentingnya geopolitik. Akibatnya, peran indonesia di kancah internasional hanya menjadi pasar perebutan geopolitik global, seperti penjajahan dari Negara Barat sebelum Indonesia merdeka.
Kurang lebih, begitulah gambaran Perang Asimetris dan Skema Penjajahan Gaya Baru yang digambarakan oleh Arief Pranoto dan Hendrajit. Sebab gambaran itulah, yang menjadi dasar dari lahirnya buku yang mengupas secara tuntas bagaimana penjajahan gaya baru yang dilakukan oleh negara-negara maju kepada negara berkembang seperti Indonesia.
Sejatinya, perang asimetris dan skema penjajahan baru ini akan memberikan wawasan khalayak perihal bagaimana kondisi geopolitik Indonesia. Apakah Indonesia berperan sebagai subjek atau hanya menjadi objek dari hegemoni geopolitik global?
Lewat buku Perang Asimetris dan Skema Penjajahan Gaya Baru, M. Arief Pranoto dan Hendrajit mencoba menjelaskan skema geopolitik dunia yang berusaha menjajah Indonesia dengan gaya yang lebih santun. Mereka ingin menunjukan bahwa posisi indonesia sebagai pusat perdagangan dunia tidak boleh dihegemoni oleh kepentingan politik asing. Sekaligus ingin mengajak khalayak agar melek terhadap perang asimetris ini.
Arief dan Hendrajit adalah sekawan, mereka memiliki misi yang sama perihal perang asimetris ini. Oleh karenanya, buku ini pun terbit sebagai bentuk keresahan atas kurangnya kesadaran khalayak perihal geopolitik indonesia, lebih-lebih penguasa di negeri ini.
Dalam bukunya, mereka menyinggung perihal dangkalnya kesadaran geopolitik di Indonesia. Baik itu kesadaran masyarakatnya, pun pemangku kebijakan yang tidak cerdik dalam mengambil semua sikap politik yang keliru. Akhirnya, sejarah mencatat bahwa Belanda memperoleh Indonesia sebagai daerah jajahan, ini membuktikan bahwa raja-raja Nusantara saat itu lemah dalam perang asimetris seperti yang disebutkan oleh Arief dan Hendrajit dalam bukunya.
Buku ini menunjukan betapa urgennya memahami secara mendalam perihal perang asimetris dan skema geopolitik global. Mulai dari menggambarkan secara gamblang perihal kesadaran geopolitik publik yang dangkal, sampai pada penjelasan secara rinci bagaimana perang asimetris yang terjadi hari ini.
Namun, sebelum membaca buku ini, sebaiknya kita memiliki pemahaman dasar perihal geopolitik, ekonomi, serta perang moderen itu sepeti apa. Sebab, buku ini hanya berupaya mengupas secara kritis posisi Indonesia di era perang asimetris ini. Selain itu, buku ini tidak begitu gamblang menjelaskan apa itu geopolitik dan perang ekonomi, oleh karenanya perlu ada wawasan awal sebelum masuk pada buku ini.
Arief dan Hendrajit juga banyak menggunakan istilah asing dalam bukunya. Meskipun begitu, hal tersebut tak mengurangi makna yang ingin disampaikan. Maka dari itu, perlu sedikit tenaga tambahan agar mampu memahami maksudnya secara menyeluruh.
(Iranto)