Gerak News, Jakarta- Polisi berhasil mengamankan dua orang pelaku pengeroyokan dua anggota banser di Kabupaten Karawang berinisial F dan S. Pengadangan dilakukan kepada rombongan Kiai yang hendak menghadiri undangan di Pondok Pesantren Al Baghdadi.
Kapolres Karawang AKBP Edwar Zulkarnaen menjelaskan, peristiwa terjadi pada Sabtu (10/8/2024), sekitar pukul 21.30 WIB di Jalan RayaPasarbaru Dusun Warudoyong, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. Ketika rombongan ini berada di sekitar Karawang ada beberapa motor yang melakukan pengadangan dengan jumlah puluhan orang.
Sejumlah pelaku lantas menanyakan kepada rombongan korban satu nama yang sedang dicari. Meski nama tersebut tidak ada, para pelaku lantas melakukan kekerasan kepada para korban dan kendaraan yang ditumpangi.
“Dia mana korban ada dua orang mendapatkan penganiayaan,” kata dia dalam konferensi pers, Jumat (16/8/2024).
Dalam mengamankan para pelaku polisi juga berhasil menyita sejumlah barang bukti di antaranya dua buah helm, satu rompi hitam, satu baju loreng, satu pasang sepatu puma, satu kendaraan roda dua jenis vespa, dua tas hitam, satu handphone Iphone Promax 11, dan dua KTP pelaku.
Atas aksi yang dilakukannya, para pelaku dijerat dengan Pasal 170 KUHPidana karena bersama-sama di muka umum melakukan kekerasan rerhadap orang atau barang.
“Mereka diancam hukuman penjara paling lama 5 tahun 6 bulan,” ujarnya.
Karena jumlah pelaku yang melakukan pengadangan cukup banyak, kepolisian masih melakukan pengembangan untuk mencari tersangka lainnya. Untuk kelompok mana yang melakukan pengeroyokan, Edwar belum bisa menjelaskannya secara detail.
“Masih kami dalami, biarkan kami akan bekerja karena ini masih penyelidikan sehingga motifnya belum tahu,” ungkapnya.
Dilansir dari laman NuOnline, pengurus NU Karawang, Ahmad Ruchyat Hasby mengungkapkan kronologi pengeroyokan yang menyasar rombongan kiai dan Banser di Karawang pada Sabtu (10/8/2024) malam. Belakangan diketahui tokoh NU yang menjadi korban amukan massa tak dikenal ini adalah KH Ihsanudin Al Baedowi, selaku Rais Syuriyah MWCNU Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, serta Banser Bekasi dan Pengasuh Pesantren Manbaul Ulum Karawang, KH Asep Syarif.
Ruchyat, yang akrab disapa Kang Uyen, mengatakan bahwa kejadian ini bermula saat rombongan hendak menuju lokasi pengajian di Pondok Pesantren Al Baghdadi. Tetapi, dalam perjalanan, rombongan tersebut berhenti sejenak di Pesantren Mambaul Ulum Rengasdengklok, jaraknya hanya sekitar 1 kilometer dari lokasi pengajian.
Setelah itu, rombongan melanjutkan perjalanan. Namun, di tengah jalan, rombongan ini tiba-tiba dihadang oleh sekelompok orang tak dikenal sebelum tiba di Pesantren Al Baghdadi.
“Pukul 21.00 WIB, rombongan keluar dari Pesantren Manbaul Ulum dan di tengah jalan dihadang oleh lima sepeda motor berpelat B. Tak lama kemudian, ratusan orang menyusul pengendara motor tersebut. Mereka mengenakan jaket almamater bertuliskan ‘Majelis Al Bahar’,” ujar Ruchyat.
Rata-rata sepeda motor tersebut berpelat B, yang menunjukkan bahwa mereka kemungkinan bukan berasal dari Karawang.
Insiden ini disinyalir merupakan penyerangan yang salah sasaran. Massa menduga bahwa tokoh yang berada di dalam mobil tersebut adalah KH Imaduddin Utsman al-Bantani, seorang pengasuh Pesantren Nahdlatul ‘Ulum, Tangerang, Banten.
“Karena dihadang, mobil tersebut berhenti. Massa mulai mendekat ke mobil dan menanyakan Kiai Imaduddin Banten. Mereka berpikir bahwa dalam rombongan tersebut ada Kiai Imaduddin Al-Bantani. Mereka beranggapan bahwa Kiai Imad hadir dalam haul yang digelar di Pesantren Al Baghdadi Karawang. Nyatanya, beliau tidak hadir,” tutur Ruchyat.
Ruchyat menuturkan bahwa pada awalnya, Kiai Asep dan Kiai Ihsan berniat keluar dari mobil untuk menemui massa, namun dihalangi oleh Ao Mauludin (Banser) dan Arsanu (Santri Kiai Asep) yang turut serta dalam rombongan.
“Banser justru melindungi Kiai Asep dan Kiai Ihsan agar tidak keluar dari mobil dan tidak menjadi korban,” ucapnya.
Redaksi Gerak News