Gerak News, Jakarta- Keluarga mendiang pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh sudah menjadi incaran Israel sejak kedua belah pihak berperang hingga memicu agresi Israel ke Jalur Gaza Palestina pada 7 Oktober lalu.
Sebelum Haniyeh tewas dalam serangan rudal di Teheran, Iran hari ini, ketiga putranya telah lebih dulu meninggal dunia dalam serangan Israel di Jalur Gaza.
Dikutip Al Jazeera, tiga putra Haniyeh yakni Hazem, Amir, dan Mohammad tewas usai mobil yang ditumpangi mereka dibom Israel di kamp Shati Jalur Gaza pada April lalu.
Sejak agresi Israel terhadap Jalur Gaza berlangsung, sudah ada lebih dari 60 anggota keluarga Haniyeh yang tewas dibunuh Israel.
Selain ketiga anaknya, pada Juni lalu, 10 anggota keluarga Haniyeh lainnya juga tewas akibat gempuran Israel di Gaza, termasuk empat cucu sang bos Hamas yang terdiri dari tiga anak perempuan dan satu anak laki-laki.
Sementara itu, putra Haniyeh yang masih hidup, Abdul Salam Haniyeh, menegaskan pembunuhan sang ayah tidak akan mengakhiri perlawanan Palestina terhadap Israel.
“Ayah saya selamat dari empat kali percobaan pembunuhan selama perjalanan hidup patriotiknya. Dan hari ini Allah telah menganugerahinya kesyahidan yang selalu ia harapkan,” ucap Abdul Salam menanggapi kepergian sang ayah.
“Ia sangat ingin membangun persatuan nasional dan berjuang untuk persatuan semua faksi Palestina dan kami menegaskan bahwa pembunuhan ini tidak akan menghalangi perlawanan, yang akan terus berjuang hingga kebebasan tercapai,” paparnya menambahkan.
Haniyeh, tewas dalam serangan udara di Teheran, Iran, pada Rabu (31/7) pagi waktu setempat.
Sejauh ini belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Namun, sebagian besar termasuk Hamas yakin bahwa Israel dalang di balik pembunuhan Haniyeh.
Haniyeh tengah berada di Teheran, Iran, untuk menghadiri pelantikan presiden baru Masoud Pezeshkian pada Selasa (30/7). Ia menempati salah satu kediaman veteran perang di utara Teheran selama berada di negara tersebut.
Media Iran melaporkan serangan udara menghantam kediaman Haniyeh di Teheran pada pukul 02.00 dini hari waktu setempat.
Menurut laporan media, serangan berasal dari “proyektil berpemandu udara”.
Sumber Iran yang mengatakan kepada media Lebanon pro-Hizbullah al Mayadeen menyebut proyektil tersebut ditembakkan dari luar Iran. Meski begitu, otoritas Iran belum mengonfirmasi hal ini.
Ismail Haniyeh merupakan kepala biro politik Hamas sejak 2017, menggantikan Khaled Meshaal. Haniyeh merupakan tokoh terkenal di Palestina, terutama usai menjabat Perdana Menteri pada 2006 menyusul kemenangan telak Hamas pada pemilu parlemen.
Haniyeh tinggal di pengasingan dan berpindah antara Turki dan Qatar. Dia bergabung dengan Hamas pada tahun 1987, saat peristiwa Intifada Pertama.
Redaksi Gerak News