Gerak News, Jakarta- Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan resmi menunjuk Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema untuk maju sebagai bakal calon gubernur (bacagub) Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Pilkada 2024.
Pengamat politik yang merupakan Founder sekaligus Direktur Ranaka Institute dan The Indonesian Agora Research Center, Ferdi Jehalut, menilai ada beberapa keuntungan yang didapat PDI Perjuangan setelah mengusung Ansy Lema sebagai calon gubernur NTT.
Keuntungan yang pertama, perolehan suara Ansy Lema berpotensi mengungguli Emanuel Melkiades Laka Lena atau Melki Laka Lena.
Berdasarkan survei Charta Politika pada 2-11 Mei 2024 lalu, elektabilitas Melki Laka Lena dengan 18,6 persen suara hanya unggul tipis dari Ansy Lema yang mendapat 16,9 persen suara.
Ferdi sendiri menilai elektabilitas keduanya seimbang karena masih masuk dalam margin of error survei 3,46 persen.
Keuntungan kedua, kepastian pencalonan Ansy Lema juga dapat menarik pengalihan suara kandidat lain dari PDI Perjuangan yakni Emilia Julia Nomleni atau Emi Nomleni yang mendapat 10,1 persen suara dari survei tersebut.
Tak hanya itu, menurut Ferdi, bahkan Ansy Lema dapat mengambil ceruk elektoral Andreas Hugo Pareira, kader PDI Perjuangan yang berhasil mendapatkan satu kursi di DPR RI saat Pemilihan Legislatif (Pileg) 14 Februari 2024 lalu daerah pemilihan NTT 1.
Tambahan ini akan menguatkan elektabilitas Ansy yang kemarin juga terpilih Kembali menjadi anggota DPR RI dari Dapil NTT 2.
“Jika Ansy Lema mendapatkan tiket dari DPP PDI Perjuangan, elektabiitasnya berpotensi menyalib Melki Laka Lena karena ia pasti mendapatkan ceruk elektoral dari para pendukung Emi Nomleni dan Andreas Hugo Pareira,” kata Ferdi Jehalut, baru-baru ini.
Ferdi menjelaskan, kedua keunggulan itu dapat terjadi karena Melki Laka Lena adalah Kader tunggal dari Partai Golkar yang masuk dalam nominasi teratas survei tersebut.
Sementara Ansy Lema harus bersaing dengan kader PDI Perjuangan lainnya, seperti Emi Nomleni yang merupakan Ketua DPD PDI Perjuangan NTT sekaligus Ketua DPRD NTT.
Dia mengandaikan ceruk elektoral Emi dan Andreas Hugo Pareira akan berpindah ke Ansy Lema karena memiliki segmen pemilih ideologis yang sama sebagai kader PDI Perjuangan.
Namun Ferdi mengakui, secara elektoral sebenarnya segmen pemilih Ansy Lema dan Melki Laka Lena beririsan.
Keduanya sama-sama orang Flores yang lahir di Kupang dan terpilih sebagai anggota DPR RI dari Dapil NTT 2, yakni Pulau Timor dan Sumba.
“Artinya, secara geopolitik basis mereka sama. Selain itu, kedua figur ini juga sama-sama berpotensi menarik simpati pemilih generasi milenial dan generasi Z,” ungkap Ferdi.
Tapi Ferdi juga mengakui, Ansy Lema punya modal sosial yang berpotensi membawa keuntungan elektoral dibanding Melki yang saat ini diuntungkan karena duduk di posisi Ketua DPD Partai Golkar NTT, sehingga dinilai lebih mudah mengorganisasi struktural partai dalam memobilisasi dukungan publik.
“Selama lima tahun berkarya sebagai DPR RI, Ansy Lema mampu memberikan pembeda di Senayan. Ia termasuk anggota DPR RI yang dinilai berprestasi. Suaranya kritis dan tajam di Senayan. Ia berani menyuarakan kepentingan para petani, nelayan, dan padagang di NTT. Prestasi ini berpotensi menarik simpati pemilih generasi Y dan Z serta mayoritas petani, pedagang, dan nelayan di NTT,” jelas Ferdi.
Lebih jauh, Ferdi menilai, kunci kemenangan Ansy Lema akan sangat dipengaruhi pada ketepatan memilih bakal calon wakil gubernur yang akan mendampinginya sebagai pasangan calon nanti.
“Akan lebih bagus jika Ansy Lema memilih pasangan orang Timor yang beragama Kristen, tetapi bukan dari partai yang sama dengan Pak Ansy,” saran Ferdi.
Walau pun Ferdi mengakui, pemilihan calon wakil gubernur yang demikian dapat menimbulkan kesan politik identitas.
Tapi itu harus tetap dilakukan karena menurutnya demikianlah tipologi pemilih di NTT.
“Meskipun ini kesannya berbau politik identitas, tetapi kita harus realistis bahwa tipologi pemilih di NTT masih cukup kuat dipengaruhi oleh isu identitas semacam itu. Dalam perhitungan victory point, ini patut dipertimbangkan,” tegasnya.
Redaksi Gerak News