Gerak News, Jakarta- Namibia telah menjadi pusat eksplorasi minyak dan gas bumi dengan temuan besar dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah raksasa energi seperti TotalEnergies, Shell hingga Chevron menjadi perusahaan yang menemukan cadangan.
Dilansir dari Reuters, Selasa (25/6/2024), Shell dan TotalEnergies menemukan cadangan 2,6 miliar barel minyak di selatan Benua Afrika ini. Rencananya produksi baru dilakukan tahun 2030.
Adapun cadangan migas tersebut berasal dari Orange Basin serta wilayah prospektif lainnya, termasuk Luderitz, Kavango dan Walvis Basin. Berikut rinciannya.
1. Chevron
Perusahaan minyak AS diperkirakan akan memulai eksplorasi akhir tahun ini. Kesepakatan telah ditandatangani April lalu atas 80% hak operasi di blok lepas pantai di Walvis Basin.
Chevron Namibia Exploration Ltd juga merupakan operator PEL (Petroleum Exploration Licence) 90, sebuah blok perairan dalam lepas pantai di Orange Basin.
2. Shell
Shell dan mitranya mengumumkan temuan besar sumur migas di lepas pantai Namibia pada Februari 2022 lalu. Shell sedang mengeksplorasi minyak dan gas lepas pantai di PEL 39, di Orange Basin dengan mitra JV QatarEnergy dan Namcor.
PEL 39 mencakup area seluas 12.000 kilometer persegi dan mencakup tujuh sumur yang telah dilakukan pengeboran. Sumur Graff dapat menampung 2,38 miliar barel minyak, dan sumur Jonker-1X menampung 2,5 miliar barel minyak.
3. TotalEnergies
Januari lalu, raksasa migas asal Prancis ini setuju mengakuisisi tambahan 10,5% kepemilikannya di Blok 2913B dan 9,39% kepemilikan di Blok 2912. Perusahaan akan merogoh kocek sekitar 30% dari anggaran eksplorasi dan penilaian senilai US$ 1 miliar di Namibia pada tahun 2024.
Perusahaan ini memulai aktivitasnya di Namibia pada tahun 1964 dan saat ini mengoperasikan dua blok eksplorasi lepas pantai yang dalam. Total memiliki 40% hak partisipasi, sementara QatarEnergy, Impact Oil and Gas, dan Namcor masing-masing memiliki saham sebesar 30%, 20%, dan 10%.
Namibia berencana memproduksi minyak pertama dari sumur Venus, yang diperkirakan menampung sekitar 5,1 miliar barel minyak, yang produksinya dilakukan antara tahun 2029 dan 2030.
Redaksi Gerak News