Gerak News, Jakarta- Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta turut hadir dalam rangkaian program 1000 Abrahamic Circles Project di Dili pada Jumat, 17 Mei 2024. Dalam kesempatan ini, Ramos Horta berbicara mengenai toleransi beragama.
“Kesempatan seperti ini sangat bagus. Saat ini dunia sedang mengalami masa-masa yang tidak pasti. Bagaimana agama Abrahamic di dunia diserang baik oleh sesama Abrahamic maupun di luarnya,” kata Presiden Ramos Horta kepada ketiga anggota circle 7 program ini di Dili, Timor Leste, Jumat, 17 Mei 2024.
Ia mencontohkan agama Muslim yang mendapat kekerasan di India, atau Kristen yang menggunakan agama sebagai politik di kawasan Amerika Latin.
“Tapi di Timor Leste, kami menjunjung tinggi toleransi itu. Prinsip kami hidup berdampingan dengan damai,” katanya.
Para anggota circle 7 memperkenalkan diri satu persatu, dimulai dari Pendeta Juliana Buikiak Temparaja, perwakilan Circle Kristen yang berasa dari Timor Leste.
Ia menyampaikan bahwa lewat program ini, memberinya pemahaman lebih mendalam mengenai ajaran agama Abrahamic lainnya dan menumbuhkan rasa saling menghargai satu sama lain.
Sementara itu, perwakilan dari Circle Islam, Ustazah Nurhayati Marman asal Indonesia, menceritakan dirinya yang merupakan salah satu petinggi Nahdlatul Ulama (NU). Ia juga mengungkapkan kesempatan menjalani program ini merupakan salah satu keputusan tepat yang ia ambil.
Rabbi Sheryl Nosan, perwakilan circle Yahudi asal Perth, Australia memberikan kipah (topi Yahudi) kepada Presiden Ramos Horta. “Saya menghargai Anda dan terima kasih atas dukungannya untuk kami,” tuturnya kepada Ramos Horta.
Pertemuan ditutup dengan undangan Presiden Ramos Horta menghadiri pembukaan galeri dirinya, yang dihadiri pula oleh para perwakilan diplomatik di Timor Leste.
Redaksi Gerak News