Gerak News, Jakarta- Aksi pembubaran kegiatan ibadah doa jemaah Gereja di sebuah perumahan di Kecamatan Cerme, Gresik beberapa hari lalu yang videonya viral, membuat Pendeta Royke David W angkat bicara, baru-baru ini.
Ketua Badan Musyawarah Antar Gereja (Bamag) Gresik tersebut menegaskan jika aksi pembubaran kegiatan ibadah doa umat gereja sangat mengganggu dan termasuk dalam kategori penistaan.
Dijelaskan Royke, terkait apakah aksi pembubaran itu menyinggung, menurutnya sangat mengganggu jika melihat viralnya video aksi memberhentikan ibadah yang dilakukan pasutri tersebut. Karena saat itu masih ada dalam taraf doa mau selesai dan belum selesai betul.
“Karena itu kuncinya di berkat doanya itu tau tau ribut. Sampai akhirnya gak bisa diselesaikan (Doanya). Sangat mengganggu dan itu termasuk penistaan juga,” ungkapnya.
Meskipun demikian, pihaknya menegaskan, tidak ada pelaporan terkait kejadian pembubaran. Lantaran kasusnya sudah diserahkan kepada kepolisian.
“Dalam waktu tiga hari itu tiga juta viewer video viral. Untuk yang di luar kita tidak bisa bendung. Tapi kita yang di Gresik tidak ada laporan sama sekali ke Polres. Karena kita tau bahwa pak bupati telah menyatakan toleransi beragama sangat kuat,” sambungnya.
Pendeta Royke dan Sekretaris Bamag Pendeta Steven Sitorus mengungkapkan jika langkah yang diambil Muspika Cerme petugas kepolisian dan kepala desa dinilai sudah tepat mempertemukan kedua belah pihak hingga sepakat berdamai.
Sementara itu, Yayik Susilawati, ASN yang membubarkan doa syukuran jema’at GPIB, di Perumahan Cerme Indah (PCI) Desa Betiting, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik kembali dipanggil ke balai desa setempat untuk menjelaskan kembali penyebab kejadian penghentian kegiatan umat gereja yang viral tersebut.
Yayik bersama Yoyok suami dan anaknya dipertemukan dengan pengurus wadah Pembinaan Hubungan Kerjasama Antar Gereja, Bamag Gresik.
Dihadapan pengurus Bamag Gresik dan Kades Betiting, Yayik, suami dan anaknya menyatakan minta maaf kepada umat Kristen di Kabupaten Gresik dan seluruh Indonesia atas kejadian Rabu malam lalu.
Ketiganya mengaku khilaf dan saat itu emosi tidak terkontrol sehingga terjadi penghentian doa syukuran kesembuhan jema’at GPIB Benowo, di PCI Gresik.
“Saya sudah diberi pembinaan dari sekolah, dari Kacab, pembinaannya, saya minta maaf pada tempat saya bekerja, dinas pendidikan Provinsi, dan masyarakat Indonesia,” ujar Yayik.
Seperti dikabarkan sebelumnya, sebuah video yang memperlihatkan sejumlah orang yang diduga melakukan aksi protes dan penghentian kegiatan ibadah keagamaan viral di media sosial. Dalam video berdurasi sekitar 2 menit 28 detik itu terlihat kedua belah pihak terlibat perdebatan sengit hingga adu mulut.
Pada video yang diunggah oleh akun Instagram @muliahalim777 itu, juga nampak sejumlah warga yang berada di lokasi kejadian berusaha melerai dan menghentikan aksi sejumlah orang tersebut.
Redaksi Gerak News