Gerak News, Jakarta- Laba perusahaan minyak dan gas bumi (migas) raksasa dunia kompak menyusut sepanjang kuartal I-2024
Euforia tingginya harga komoditas sepanjang 2022 hingga 2024 akibat tensi geopolitik di Ukraina dan Timur Tengah, tak lagi dirasakan pada 3 bulan pertama tahun ini.
Berikut kinerja sejumlah perusahaan migas raksasa sepanjang periode kuartal I-2024, dikutip dari laporan masing-masing perusahaan.
Saudi Aramco
Raksasa minyak asal Arab Saudi mengumumkan laba bersih kuartal I-2024 senilai US$27,27 miliar atau sekitar Rp436,32 triliun, turun 14,5% dari periode yang sama tahun lalu senilai US$31,88 miliar atau Rp510 triliun karena kerajaan Teluk tersebut mempertahankan pengurangan produksi.
“Penurunan ini terutama disebabkan oleh lebih rendahnya volume penjualan minyak mentah,” kata perusahaan.
Eksportir minyak mentah terbesar di dunia saat ini tersebut memproduksi sekitar sembilan juta barel per hari (bph), jauh di bawah kapasitasnya yang sebanyak 12 juta barel per hari.
Hal ini menyusul serangkaian pengurangan produksi sejak Oktober 2022, ketika blok produsen minyak OPEC+ yang dipimpin bersama oleh Riyadh dan Moskow mengumumkan akan mengurangi produksi sebesar dua juta barel per hari untuk meningkatkan harga.
BP
Raksasa energi Inggris, BP, mengatakan laba bersihnya merosot 72% pada kuartal pertama karena harga gas turun dari tahun sebelumnya.
Laba setelah pajak turun menjadi US$2,3 miliar atau Rp36,8 triliun dari US$8,2 miliar 131,2 triliun pada triwulan pertama 2023. Sementara itu, total pendapatan turun 13% menjadi US$48,9 miliar atau Rp782,4 triliun.
Bersamaan dengan hasil tersebut, BP mengumumkan “setidaknya” penghematan biaya sebesar US$2 miliar atau Rp32 triliun pada akhir 2026.
“Kami menyederhanakan dan mengurangi kompleksitas di seluruh BP,” kata kepala eksekutif BP, Murray Auchincloss, dalam laporan pendapatannya.
Shell
Perusahaan energi asal Inggris, Shell, membukukan laba bersih kuartal pertama yang jauh lebih rendah karena merosotnya pendapatan.
Laba setelah pajak turun sekitar 15% menjadi US$7,4 miliar atau Rp118,4 triliun pada kuartal I-2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan turun 16% menjadi US$74,7 miliar atau Rp1.195,2 triliun menyusul penurunan tajam harga gas, yang melonjak setelah invasi produsen utama Rusia ke Ukraina pada 2022.
Meskipun demikian, perusahaan tersebut menilai kinerja keuangan pada kuartal I-2024 secara keseluruhan masih kuat.
“Shell kembali menghasilkan kinerja operasional dan keuangan yang kuat pada kuartal ini,” kata CEO Shell, Wael Sawn, dalam rilis pendapatannya.
ExxonMobil
ExxonMobil, yang menargetkan penyelesaian pengambilalihan perusahaan minyak serpih AS, Pioneer Natural Resources, pada kuartal kedua senilai US$60 miliar atau Rp960 triliun, melaporkan laba senilai US$8,2 miliar atau Rp131,2 triliun, turun 28% dari periode yang sama tahun lalu.
Meskipun harga komoditas hidrokarbon cair sedikit meningkat dan ExxonMobil terus memperoleh volume yang mengesankan dari Guyana, manfaat tersebut tidak dapat diimbangi oleh penurunan harga gas alam sebesar 32%.
Bisnis produk energi perusahaan juga mengalami penurunan pendapatan yang besar karena melemahnya margin keuntungan penyulingan meskipun ada laporan rekor penyulingan pada kuartal pertama.
Alhasil, pendapatan turun 4% menjadi US$83,1 miliar atau Rp1.329,6 triliun.
Chevron
Chevron melaporkan laba sebesar US$5,6 miliar atau Rp89,6 triliun pada kuartal I-2024, turun 16% dari periode yang sama tahun lalu seiring dengan pendapatan yang turun 4% menjadi senilai US$48,7 miliar atau Rp779,2 triliun.
Perusahaan mengaitkan penurunan laba dengan rendahnya margin penjualan di kilang-kilangnya dan rendahnya harga gas alam yang menggerogoti keuntungan produksi internasional.
Harga minyak telah naik lebih dari 16% tahun ini dan bensin berjangka naik 31%, namun reli tersebut tidak banyak mengangkat keuntungan mengingat adanya masalah di sektor lain dalam industri energi.
Harga gas alam anjlok 37% tahun ini karena kelebihan pasokan. Margin ritel dan distribusi bensin, atau selisih antara harga eceran dan harga penyulingan, juga lebih rendah pada bulan Februari dan Maret dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
ConocoPhillips
ConocoPhillips melaporkan laba kuartal I-2024 senilai US$2,6 miliar atau Rp41,6 turun 10,34% dibandingkan dengan laba pada periode yang sama tahun lalu senilai US$2,9 miliar atau Rp46,4 triliun.
“Kami memulai tahun ini dengan baik, berkat eksekusi terfokus pada rencana strategis kami pada kuartal berikutnya,” kata Ryan Lance, Chairman dan CEO ConocoPhillips.
“Kami tetap konstruktif terhadap lingkungan makro dan berkomitmen untuk memberikan imbal hasil yang kompetitif kepada pemegang saham, termasuk rencana pengembalian modal setidaknya US$9 miliar pada tahun 2024.”
Redaksi Gerak News