Serangan Israel Dorong Iran Kurangi Kehadiran Militernya di Suriah
Gerak News, Jakarta- Iran telah mengurangi kehadiran militernya di wilayah Suriah, setelah serangan mematikan terhadap konsulatnya di Damaskus yang diyakini didalangi oleh Israel pada awal bulan ini.
Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Kamis (25/4/2024), Iran selama ini memberikan dukungan militer kepada pasukan pemerintah Suriah dalam perang sipil yang berkecamuk di negara itu selama satu dekade terakhir.
Namun rentetan serangan udara yang menargetkan komandan-komandan militernya yang ditugaskan di Suriah dalam beberapa bulan terakhir, telah mendorong perubahan kehadiran militer Iran di negara tersebut.
Pengurangan kehadiran militer Iran di Suriah itu diungkapkan oleh sumber yang dekat dengan Hizbullah, kelompok yang didukung Iran di Lebanon, dan kelompok pemantau konflik Suriah. Sama seperti Iran, Hizbullah juga mengerahkan personelnya ke Suriah untuk mendukung rezim pemerintah Damaskus.
“Iran telah menarik pasukannya dari wilayah Suriah bagian selatan,” ungkap sumber yang dekat dengan Hizbullah tersebut.
Wilayah Suriah bagian selatan yang dimaksud mencakup Provinsi Quneitra dan Daraa. Namun demikian, imbuh sumber tersebut, Iran masih memiliki kehadiran militer di wilayah lainnya di Suriah.
Beberapa bulan terakhir telah terjadi serangkaian serangan terhadap target-target militer Iran di dalam wilayah Suriah, yang diyakini didalangi oleh Israel. Rentetan serangan itu berpuncak pada 1 April lalu ketika serangan rudal meratakan gedung Konsulat Iran di Damaskus dan menewaskan belasan orang, termasuk tujuh personel Garda Revolusi Iran dengan dua personel di antaranya berpangkat jenderal.
Serangan mematikan di Damaskus itu mendorong Teheran melancarkan serangan balasan dengan rudal dan drone terhadap wilayah Israel pada 13-14 April lalu. Serangan itu menjadi serangan langsung pertama kali Iran terhadap Israel sepanjang sejarah, yang semakin meningkatkan ketegangan di kawasan.
Menurut sumber yang dekat dengan Hizbullah, Iran sebenarnya sudah mulai menarik mundur pasukannya dari Suriah sejak serangan pada 20 Januari lalu yang menewaskan lima personel Garda Revolusi Iran di Damaskus. Kepala intelijen Garda Revolusi Iran dan wakilnya di Damaskus termasuk di antara korban tewas.
Secara terpisah, kelompok pemantau konflik Suriah, Syrian Observatory for Human Rights, melaporkan bahwa pasukan militer Iran ditarik mundur dari Damaskus dan Suriah bagian selatan.
Para petempur Lebanon dan Irak yang didukung Iran, sebut kepala Syrian Observatory Rami Abdel Rahman, kini mengambil alih posisi pasukan Teheran di Suriah.
Iran telah berulang kali mengatakan pihaknya tidak mengerahkan pasukan tempur di wilayah Suriah, dan hanya mengirimkan para perwira yang memberikan saran dan pelatihan militer.
Namun Syrian Observatory melaporkan bahwa sebanyak 3.000 personel militer Iran dikerahkan ke Suriah sejauh ini, ketika puluhan ribu petempur dari beberapa negara, termasuk Lebanon, Irak dan Afghanistan, yang dilatih oleh Teheran turut mendukung Iran.
Abdel Rahman menambahkan bahwa kebanyakan penasihat militer Iran telah meninggalkan Suriah selama enam bulan terakhir, meskipun beberapa tetap tinggal di Provinsi Aleppo bagian utara dan di Deir Ezzor
Sementara itu, mereka yang mengunjungi Damaskus mengatakan kepada AFP bahwa kehadiran Iran menjadi kurang terlihat di ibu kota Suriah, dengan beberapa kantor militer Iran kini ditutup. Bendera dan foto pemimpin Iran yang sebelumnya digantung di beberapa bagian Damaskus sebagian besar telah hilang.
Redaksi Gerak News