HENDRAJIT
Direktur Eksekutif Global Future Institute
Efek samping bahas serangan Iran ke Israel, banyak yang bahas kemungkinan Perang Dunia III. Sayangnya campur-aduk antara analisis trend, ngeramal, cocokologi sampai ngarep dotkom tumplek jadi satu. Celakanya yang awam sampai cendekiawan, pengamat sampai politisi, ada saja yang pandangannya seperti itu.
Sehingga soal serangan militer Iran ke Israel yang sesungguhnya merupakan komunikasi politik kepada sekutu maupun musuh jadi bias dan melebar ke mana mana. Seakan serangan Iran ke Israel itu abstrak dan tanpa alasan dan pertimbangan yang penuh perhitungan.
Menurut pandangan saya, meskipun perang dunia III tak akan terjadi, bukan berarti dunia internasional business as usual alias baik baik saja. Sekarang pun yang di hadapi kekuatan kekuatan mapan seperti AS dan Eropa adalah suatu disrupsi, suatu kondisi yang cepat atau lambat akan memaksa mereka mengubah aturan main lama jadi aturan main baru. Bukan lewat militer tapi lewat diplomasi dan perundingan.
Nah, serangan Iran ke Israel bukan untuk memicu perang dunia III. Tapi sebagai babak pembuka menggeser perang militer ke perang di meja perundingan.
Di sinilah manuver Iran jadi jelas perspektifnya. Sebagai prakondisi untuk menggalang kekuatan antar negara Timur-Tengah ke meja perundingan untuk menang. Makanya buat saya lucu ketika yang di ributkan kok malah apakah serangan rudal dan drone Iran efektif mengena sasaran atau tidak.
Dan buat Iran nggak ambil pusing kena sasaran atau tidak. Karena pesan sentralnya, nah tuh bareng bareng yang ane kirim dah masuk wilayah ente ye. Dan kite kite orang yang pertama kali lakukan itu. Sampai situ aja peran Iran sebenarnya. Bikin PR buat kekuatan kekuatan global.
Nyatanya memang benar toh. Sejak serangan rudal dan drone Iran ke pangkalan militer Israel, entah tepat sasaran atau nyasar, AS dan negara negara Uni Eropa sibuk rapat tiga hari berturut-turut yang pastinya nyusun respons yang jitu tapi juga menyentuh hakekat dari alasan dan pertimbangan Iran ngirim drone dan rudal ke Israel.
Karena itu tadi, serangan Iran itu sejatinya komunikasi politik. Bukan mau provokasi perang. Bahwa Israel itu buah busuk yang jadi simbol kroposnya tatanan dan desain global hasil rancangan AS dan Barat antara 1947-1973.
Makanya serangan Iran ke Israel merupakan bedug atau lonceng yang menandakan saatnya dunia berubah. Kalaupun kekuatan kekuatan lama masih enggan mengubah tatanan atau desain besarnya, aturan mainnya harus di rubah. Ini yang namanya Disruption. Memaksakan kekuatan kekuatan lama mengubah aturan main baru.
Dan Iran, Suriah, Yaman, Irak dan Lebanon, ada di barisan ini. Arab Saudi dan negara negara Dewan Kerja Sama Teluk seperti Kuwait, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Yordania, juga sudah ambil ancang ancang gabung kekuatan baru. Di titik simpul alternatif, Cina dan Rusia, dengan senang hati ikut menenun terciptanya ragam kutub/multipolar dalam kerja sama internasional.
Boleh jadi inilah yang pernah diistilahkan Ibu Siti Fadilah Supari mantan menteri kesehatan era SBY: Saatnya Dunia Berubah.
Jadi, mindset kita sebagai bangsa harus siaga buat merespons perkembangan baru. Bukannya berdoa kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa agar Perang Dunia III di segerakan saja. Itu toxic namanya.*